BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dengan kemampuan mata
manusia yang terbatas maka untuk pengamatan mineral penyusun batuan lebih
lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Yang dimaksud di sini adalah
mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa, dimana mikroskop
biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan
cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul. Selain itu, perbedaannya
pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara
lain keping analisator, polarisator, kompensator dan lensa amici bertrand.
Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa
digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Mikroskop terdiri dari dua
kata yang diambil dari bahasa Yunani yakni micros yang artinya kecil dan scopein yang
artinya melihat. Jadi mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat
objek berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop
ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek, dimana sebelumnya sudah ada Robert Hook
dan Marcello Malphigi yang mengadakan penelitian melalui lensa yang sederhana.
Lalu Antony Van Leuwenhoek mengembangkan lensa sederhana itu menjadi lebih
kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri dan berbagai makhluk kecil
lainnya. Kemudian pada sekitar tahun 1600 Hanz dan Jansen telah menemukan
mikroskop yang dikenal dengan mikroskop ganda yang lebih baik daripada mikroskop
yang dibuat oleh Antony Van Leuwenhoek.
Dalam membentuk bayangan,
mikroskop menggunakan dua macam lensa yang berbeda fungsinya. Lensa yang paling
sering berhubungan dengan mikroskop adalah lensa okuler dan lensa obyektif.
Lensa obyektif adalah lensa cembung sedangakan lensa okuler terdiri dari
lensa plankonveks yaitu lensa kolektif dan lensa mata. Dari dua macam lensa ini
sudah dirancang khusus dengan perbesaran yang berbeda. Sistem lensa objektif
memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian
diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tadi diperbesar oleh okuler
untuk menghasilkan bayangan maya yang kita lihat. Dalam praktikum mineragrafi
ini, jenis mikroskop yang digunakan adalah mikroskop polarisasi Nikon.
Mikroskop ini digunakan untuk mengamati mineral untuk melihat kenampakannya
secara mikroskopik.
Dalam hal ini pengamatan yang akan dilakukan adalah
pengamataan mineral bijih dan mineral tranparan menggunakan mikroskop
polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa yang hanya memperbesar benda
yang akan diamati.
Mikroskop polarisasi
menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul. Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan
data yang dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek tersebut selanjutnya dikirim
melalui lensa obyektif
dan lensa okuler
ke mata (pengamat). Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen
khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini,
antara lain keping
analisator, polarisator,
kompensator, dan lensa amici
Bertrand. Selain itu memiliki
meja objek dimana objek yang akan di amati apabila tidak berada di bawah lensa
objektif dapat dipindahkaan menggunakan pengarah preparat yaitu pengarah sumbu
absis (sumbu x) dan pengarah sumbu ordinat (sumbu y).
B.
Batasan
Masalah
·
Bagaimana mikroskop polarisasi Nikon dan
bagian-bagiannya?
·
Bagaimana cara penggunaan mikroskop polarisasi Nikon?
C.
Maksud
dan Tujuan
a.
Maksud
Adapun
maksud diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui bagian-bagian dari mikroskop polarisasi serta
bagaimana menggunakan mikroskop ini untuk mengamati mineral bijih dan transparan
dengan benar.
b.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah :
·
Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian
mikroskop polarisasi Nikon dan fungsinya.
·
Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan
mikroskop polarisasi Nikon untuk mengamati mineral.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi Mikroskop dan jenis-jenisnya
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van
Leuwenhoek (1632-1723) yang berkebangsaan Belanda, dengan mikroskop yang
masing-masing terdiri atas lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam
kerangka kuningan dan perak. Kekuatan perbesaran tertinggi yang dapat
dicapainya hanyalah 200-300 kali, mikroskop ini sedikit sekali persamaannya
dengan mikroskop cahaya majemuk yang ada sekarang (Purba, 1999).
Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang
terdiri dari dua lensa cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata)
dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang
untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya dipasang pada roda
berputar,yang disebut gagang putar (Volk, 1984).
Bila kita ingin perbesaran sudut yang lebih besar
daripada pembesaran kaca pembesar, oleh karena itu keberadaan mikroskop sangat
diperlukan. Benda O yang akan diteliti diletakkan pada titik fokus pertama F
dari lensa objektif, yang membentuk bayangan nyata dan diperbesar yaitu I.
Bayangan ini terletak tepat pada titik fokus pertama F1 dari okuler yang
membentuk bayangan semu dari I pada I. Macam-macam mikroskop, yaitu :
a. Mikroskop Cahaya, Merupakan mikroskop yang
mempunyai bagian – bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik,
berguna untuk mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Suatu
variasi dari mikroskop cahaya biasa ialah mikroskop ultraviolet, karena cahaya
ultraviolet tak dapat dilihat oleh mata manusia maka bayangan benda harus
direkam pada piringan peka cahaya. Mikroskop ini menggunakan lensa kuarsa.
b. Mikroskop Pendar, Mikroskop ini dapat
digunakan untuk mendeteksi benda asing atau antigen dalam jaringan.
c. Mikroskop Medan Gelap, Mikroskop ini
digunakan untuk mengamati bakteri hidup, khususnya bakteri yang begitu tipis
yang hampir mendekati batas daya pisah mikroskop majemuk.
d. Mikroskop Fasekontras, Mikroskop ini
digunakan untuk mengamati benda hidup dalam keadaan alaminya, tanpa menggunakan
bahan pewarna. Pada bawah meja objeknya dan pada lensa objektifnya terpasang
perlengkapan fase kontras.
e. Mikroskop Elektron, Banyak komponen sel
seperti mitokondria, ribosom dan retikulum endoplasma yang begitu kecil tidak
bisa dilihat secara detail dengan mikroskop biasa. Mereka hanya bisa melihat
dengan mikroskop elektron (Kamajaya, 1996).
f. Mikroskop Elektron Pemayaran, Mikroskop ini
menggunakan berkas elektron, tetapi yang seharusnya ditransmisikan secara
serempak ke seluruh medan elektron difokuskan sebagai titik yang sangat kecil
dan dapat digerakkan maju mundur pada spesimen (Winatasasmita, 1986).
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti,
sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk
kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah
bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk
melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan,
ada yang berfungsi menjadi tempat persediaan makanan dan lain-lain (Yekti,
1994).
Ada tiga keistimewaan yang khas pada sel
tumbuhan : dinding sel dengan selulosa, vakuola (yang memberi tekanan dan
memperbesar volume serta luas permukaan meskipun dengan protoplasma sedikit),
dan plastida, khususnya kloroplas. Vakuola dapat ditemui pada anggota kelima
dunia, namun vakuola besar di pusat sel ada pada hampir semua sel tumbuhan,
cendawan, dan beberapa protista. Kloroplas hanya terdapat pada tumbuhan dan
beberapa protista (bergantung pada golongannya) (Suwasono, 1987).
Sel sendiri sebagai dasar menyusun suatu organisme
yang terdiri dari inti (nukleus) yang terbungkus oleh membran atau struktur
serupa tanpa membran. Tidak ada kehidupan dalam satuan yang lebih kecil dari
pada sel. Sel terbentuk hanya dengan pembelahan sel-sel sebelumnya. Sel
dicirikan oleh adanya molekul makro khusus, seperti pati dan selulosa, yang
terjadi dari ratusan sampai ribuan gula atau molekul lain selain itu sel juga
dapat dicirikan oleh adanya molekul makro seperti protein dan asam nukleat baik
DNA atau RNA yang tersusun sebagai rantai yang terdiri dari ratusan sampai
ribuan molekul. Pada tumbuhan istilah sel meliputi protoplasma dan dinding sel
yang ada sedangkan pada organisme multi sel yang ada membentuk struktur
kompleks yaitu jaringan dan organ. Sel pada organisme multi sel tidak sama satu
dengan lainnya tetapi masing-masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda.
Pada awalnya struktur dinding sel yang ada pada tumbuhan dianggap sebagai sel
mati hasil ekskresi zat hidup dalam sel akan tetapi baru-baru ini makin banyak
ditemui bukti bahwa ada satuan organik yang ada diantara protoplasma dan
dinding, khususnya pada sel muda (Kamajaya, 1996).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan
berbeda namun terdapat persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat,
bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel
tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma,
aparatus golgi, lisosom, plastida, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti
sel, membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel (Anshory, 1984).
Sel tumbuhan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam. Ada yang berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut
atau seperti ular. Sel tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari
hewan yaitu vakuola, plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan
bagian hidup dari sel tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel
yang berfungsi untuk melindungi isi sel atau lumen yang ada di protoplasma
disebut bagian sel yang mati. Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong
sel mati karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar
selnya kosong. Bentuk sel gabus heksagonal, tersusun rapat antara satu dan
lainnya (Pramesti, 2000).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan
berbeda namun terdapat persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat,
bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel
tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma,
aparatus golgi, lisosom, plastida, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti
sel, membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel (Suwasono, 1987).
B.
Polarisasi
Polarisasi adalah suatu
peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak menjadi satu
arah getar; dari sumber lain mengatakan bahwa Polarisasi adalah
peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang.
Gejala
polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja,
sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa
cahaya dapat mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang
transversal.
Polarisasi Gelombang
Pada
umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang
yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan
gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gejala
polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada
tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah
maka gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali
digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa
melewati celah tersebut.
Sinar
alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah sinar yang tak terpolarisasi.
Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain karena
peristiwa pemantulan, pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
1. Polarisasi
karena Pemantulan
Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar
57o, maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya
yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke
cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.
Polarisasi Gelombang Karena Pemantulan
2. Polarisasi
karena Pemantulan dan Pembiasan
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan
Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat
terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling
tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang
terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi
sebagian. Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang dipantulkan
dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip)
atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus
(membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa :
i + r = 90o atau r = 90o – I Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa:
i + r = 90o atau r = 90o – I Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa:
Rumus
Sudut Pandang
3. Polarisasi
karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila
cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari
satu, misalnya pada kristal kalsit.
Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi
hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang
dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi hukum Snellius dan
cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
4.
Polarisasi karena Absorbsi
Selektif
Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang
cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah
melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar
yang telah melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa
polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada
kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
Polarisasi
karena Absorbsi Selektif
5. Polarisasi
karena Hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi
pada peristiwa terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di
atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel
debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan
berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling
efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.
Polarisasi
karena Hamburan
6. Pemutaran
Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah
polarisator sehingga cahaya yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi
melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka arah polarisasinya
dapat berputar.
Pemutaran Bidang Polarisasi
C.
Mineragrafi
(mineral dan fotografi)
Mineragrafi merupakan salah cabang
ilmu geologi yang mempelajari komposisi, derajat liberasi dan sifat optik
lain mineral bijih dengan bantuan mikroskop polarisasi. Sedangkan petrografi
merupakan adalah Ilmu yang mempelajari tentang komposisi batuan secara mikro.
Setelah kita mempelajari mineralogi, pastinya
akan timbul pertanyaan-pertanyaan tentang mineral yang kita amati, maka
mineragrafi akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ilmu mineragrafi akan
lebih detail dibandingkan mineralogi. Kita dapat mengamati mineral dengan lebih
jelas tanpa ada keragu-raguan.
Ada 2
jenis mineral yang dapat kita amati pada mikroskop polarisasi, yakni mineral
transparant dan mineral bijih. Mineral transparan diamati dengan menggunakan
sayatan tipis 0,03 mm yang menggunakan sinar
refraksi (cahaya diteruskan). Sedangkan mineral bijih menggunakan
sayatan poles yang menggunakan sinar refleksi (cahaya dipantulkan).
Hal penting yang dapat kita ketahui saat
mempelajai mineragrafi yakni bagaimana kita dapat menemukan mineral-mineral
ekonomis dengan memanfaatkan petunujk-petunjuk yang kita dapatkan saat
mengamat. Petunjuk-petunjuk tersebut antara lain yakni mineral-mineral yang
telah teralterasi. Contohnya adalah mineral Chlorite (Mg,Fe,Al)6 (Si, Al)4
O10 (OH)8 Ganesa Chlorite : Chlorite
merupakan kelompok mineral yang
umumnya berwarna hijau. Chlorite termasuk kelompok mineral silika dalam kelas phyllosilicates. Chlorite merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama Pyroxene, Amphibole, dan Biotite. Pembentukkan mineral Chlorite diakibatkan oleh reaksi antara
mineral Pyroxene dengan larutan
hidrotermal yang kemudian membentuk Chlorite,
Feldspar, serta mineral logam berupa Magnetite
dan Hematite. Dalam pembentukan Chlorite terjadi perubahan mineral metamorf
dari mineral feromagnesium yang ada atau Chlorite
hadir sebagai produk metasomatisme melalui penambahan Fe, Mg atau senyawa lain
ke dalam massa batuan. Mineral ini terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH
mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai
permeabilitas rendah pada zona prophilitik. Chlorite
biasanya berasosiasi dengan Garnets, Biotite, Quartz, Magnetite, Talc,
Serpentine, Danburite, Topaz dan Calcite.
D.
Mikroskop Polarisasi
Mikroskop Polarisasi adalah
sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya
matahari sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada mikroskop
konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan
dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor.
Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor.
Mineral
Optik
Ilmu pengetahuan mineralogi menitik beratkan pada studi
tentang pengamatan dan pendeskripsian minera-mineral penyusun batuan yang
merupakan litologi dari permukaan bumi.
Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan
mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop.
Yang dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop
biasa, dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop
polarisasi menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya
terpantul.
Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus
yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator,
polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop
ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe
Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan
tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan
dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar)
yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa
sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu factor yang paling
penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna
yang khusus.
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop
polarisasi maka perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam
penelitian. Setiap bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah
dijaga baik-baik. Kalau mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan
kerudung plastik. Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu,
minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa butir debu yang betapapun
kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya
pengamatan.
Bagian
– Bagian Mikroskop Polarisasi
·
Kaki
Mikroskop
Merupakan
tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada
yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki
mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan
kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya
pengganti cermin.
·
Substage
Unit terdiri atas
Polarisator
atau ” lower nicol ” Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran
polaroid. Berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective
absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar
saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian
hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah
N-S atau E-W.
·
Diafragma
Iris
Terdapat
di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan
dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini
merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh
mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda.
Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.
Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.
·
Kondensor
Terletak
pada bagian paling atas dari “substage unit”. Kondensor berupa lensa cembung
yang berfungsi untuk memberikan cahaya memusat yang datang dari cermin di
bawahnya. Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari jalan cahaya apabila
tidak digunakan/difungsikan.
·
Meja Objek
Bentuknya
berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya
cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit
preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0° sampai 360°. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0° sampai 360°. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
·
Tubus Mikroskop
Bagian ini terletak di atas
meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong. Terdiri atas beberapa bagian
antara lain :
·
Lensa Objektif
Merupakan
bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan
memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek. Biasanya pada mikroskop
polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda,
tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan adalah
4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
·
Lubang Kompensator
Adalah
suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat memasukkan kompensator, suatu
bagian yang digunakan untuk menentukan warna interferensi. Kompensator berupa
baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan sehingga pada saat dimasukkan
lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi pada mineral.
·
Analisator
Adalah
bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan
terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat
searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran
polarisator (nikol bersilang).
·
Lensa Amici Bertrand
Lensa
ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar
interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada
lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.
·
Lensa Okuler
Terdapat
pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar
bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini
biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan
objek pengamatan.
Dasar yang membedakan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni
adanya beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara
lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand.
D.
Binokuler
Mikroskop
binokuler adalah Alat yang digunakan untuk pengamatan benda-benda yang
tidak terlalu besar, transparan atau tidak, penyinaran diberikan dari atas
ataupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop binokuler memiliki
dua buah lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler, sehingga diperoleh bayangan
tiga dimensi dengan pengamatan kedua belah mata. Kekuatan pembesarannya tidak
terlalu kuat, umumnya objektif 1X dan 2X serta okuler 10X dan 15X.
Pengertian
lain tentang mikroskop binokuler merupakan Suatu alat dengan lensa obyektif.
Lensanya harus berdiameter besar karena diatasnya akan dipasangi system lensa
lain yang terpisah dalam posisi parallel dan jalur sinar terpisah untuk mata
kanan dan kiri. Mikroskop ini tidak memiliki kondensor, tapi memiliki kedalaman
bidang pandang dan jarak kerja yang panjang.
Kekurangan
utama dari tipe obyek mikroskop binokuler adalah bahwa aperture numerical dari
system dibatasi oleh adanya jalur beam/cahaya ganda. Karenanya seseorang harus
menggunakan mikroskop majemuk, yang memiliki obyektif dengan diameter yang
lebih besar dan karenanya meningkatkan aperture numerical.
Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis
transparan, penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Menurut
tim pengajar (2010), mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa objektif
dengan kekuatan pembesaran sebagai berikut :
1.
Objektif 4X dan okuler 10X, pembesarannya 40X.
2.
Objektif 10X dan okuler 10X, pembesarannya 100X.
3.
Objektif 40X dan okuler 10X, pembesarannya 400X.
4.
Objektif 100X dan okuler 10X, pembesarannya 1000X.
Objektif
yang paling kuat pada mikroskop optik adalah 100X yang disebut dengan objektif
emersi, disebut demikian karena penggunaannya harus menggunakan minyak emersi
dan cara memakainya dengan khusus pula
E. Proses
polarisasi
Mikroskop
polarisasi menggunakan cahaya terpolarisasi guna menganalisa struktur yang
birefringent. Birefringence – suatu property spesimen yang transparan dengan 2
indeks refraktif yang berbeda pada orientasi yang berbeda untuk membedakan
cahaya terpolarisasi ke dalam kedua komponen. Cahaya terpolarisasi, hanya
berfluktuasi/bergerak di satu dataran karena polar hanya meneruskan cahaya pada
dataran tersebut.
Jika
2 polar diletakkan di atas yang lainnya, arahkan sinar ke atas dan putar
relative terhadap yang lain, akan ada 1 posisi dimana 2 dataran tertransmisi
bertemu, yang akan tampak cerah. Pada 90° terhadap orientasi ini, semua cahaya
akan berhenti (gelap).
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mikroskop Polarisasi
Mikroskop polarisasi adalah
mikroskop yang cara kerjanya membiaskan cahaya, bukan memantulkan cahaya. Dasar
yang membedakan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni adanya
beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain
keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand. Jenis
dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe mikroskop polarisasi yang
biasa digunakan, yakni Nikon, Olympus dan Reetchet. Perbedaan tipe mikroskop
tersebut hanya pada penempatan kedudukan bagian-bagiannya, tapi secara umum
prinsip penggunaannya relatif sama.
B. Bagian-bagian Mikroskop Polarisasi
Adapun bagian-bagian dari mikroskop Polarisasi beserta fungsinya yaitu :
Tubus
atas bagian atas, meliputi :
1. Lensa
okuler
Berfungsi
untuk melihat objek yang akan diamati.
2. Eye
piece
Berfungsi
sebagai tempat meletakkan mata saat mengamati objek.
3. Dioptring
Berfungsi untuk memperjelas
bayangan benda pada saat pengamatan dan mengatur posisi lensa okuler.
4.
Pin hole
Berfungsi
untuk mengatur gelap-terangnya lensa amici Bertrand.
5. Lensa
Amici Bertrand
Berfungsi
untuk memperjelas gambar interferensi bagian dalam.
6. Skala
lensa amici Bertrand
Sebagai
skala dalam memperjelas gambar interferensi bagian dalam.
7. Pengunci
tubus atas bagian atas
Berfungsi untuk mengunci
tubus atas bagian atas.
Tubus atas bagian tengah, meliputi :
1. Analisator
Berfungsi
untuk mendapatkan warna obsorbs maksimum pada saat pengamatan nikol silang.
2. Pengunci
skala analisator
Berfungsi
untuk mengunci skala analisator.
3. Skala
analisator
Berfungsi
untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator secara detail.
4. Skala
nonius analisator
Berfungsi
untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator lebih detail.
5. Kompensator
Berfungsi
untuk menentuan WI maksimum, bias rangkap dan TRO.
6. Keping
gips (530 mm)
Berfungsi
untuk menentukan tambahan dan pengurangan warna interferensi yang berharga 530
mm.
7. Keping
mika
Menentukan
harga bias rangkap dan warna interferensi yang tinggi pada kristal yang
mempunyai harga 50 mm.
8. Baji
kuarsa
Berfungsi
untuk menentukan penambahan dan pengurangan warna interferensi yang mempunyai
harga 0,009 mm.
9. Pengunci
tubus atas bagian tengah
Berfungsi untuk mengunci
tubus atas bagian tengah.
Tubus atas bagian bawah,
meliputi :
1. Filter
Berfungsi
untuk menyaring debu pada mikroskop.
2. Mikrofotometri
Untuk
mengambil gambar sayatan tipis batuan.
3. Tabung
halogen
Berfungsi
untuk digunakan pada saat pengamatan mineral bijih.
4. Cincin
tabung halogen
Berfungsi
sebagai letakan lensa pada tabung halogen.
5.
Dusty cup
Berfungsi
untuk membersihkan debu pada mikroskop.
Tubus tengah, meliputi :
1. Lengan
mikroskop
Berfungsi
sebagai penyangga tubus atas dan tubus tengah serta sebagai pegangan saat
mengangkat mikroskop.
2. Pengarah
halus
Untuk
mengatur kedudukan meja objek secara halus.
3. Pengarah
kasar
Untuk
mengatur kedudukan meja objek secara kasar.
4. Revolver
Untuk
mengatur kedudukan lensa objektif.
5. Lensa
objektif perbesaran 5 X
Berfungsi
untuk memperbesar 5 kali kenampakan objek.
6. Lensa
objektif perbesaran 10 X
Berfungsi
untuk memperbesar 10 kali kenampakan objek.
7. Lensa
objektif perbesaran 20 X
Berfungsi
untuk memperbesar 20 kali kenampakan objek.
8. Lensa
objektif perbesaran 100 X
Berfungsi
untuk memperbesar 100 kali kenampakan objek.
9. Meja
objek
Berfungsi
sebagai tempat meletakkan objek saat pengamatan.
10. Lubang
meja objek
Berfungsi
untuk meneruskan cahaya dari kondensor ke meja objek.
11. Penjepit
preparat
Berfungsi
untuk menjepit preparat pada saat pengamatan.
12. Skala
meja objek
Berfungsi
sebagai penunjuk kedudukan meja objek .
13. Skala
nonius meja objek
Berfungsi
sebagai penunjuk kedudukan meja objek
secara detail.
14. Pengunci
meja objek
Berfungsi
untuk mengunci meja objek.
15. Pengarah
sumbu absis
Berfungsi
untuk mengarahkan kedudukan sumbu-x.
16. Pengarah
sumbu ordinat
Berfungsi
untuk mengarahkan kedudukan sumbu-y.
17. Skala
absis
Berfungsi
untuk menunjukkan nilai sumbu-x.
18. Skala
ordinat
Berfungsi
untuk menunjukkan nilai sumbu-y.
19. Skala
nonius absis
Berfungsi
untuk menunjukkan nilai sumbu-x secara detail.
20. Skala
nonius ordinat
Berfungsi
untuk menunjukkan nilai sumbu-y secara detail.
21. Substage
unit
Berfungsi
untuk meneruskan cahaya dari lamp socket ke meja objek.
22. Pengunci substage unit
Berfungsi
untuk mengunci substage unit.
23. Pengarah horizontal substage unit
Berfungsi
sebagai pengarah substage secara
horizontal.
24. Pengarah
vertikal substage unit
Berfungsi
untuk mengarahkan substage secara
vertikal.
25. Diafragma
Berfungsi
untuk mengatur banyak-sedikitnya cahaya
yang masuk pada kondensor.
26. Kondensor
Berfungsi
menampilkan sinar agar preparat dapat terlihat dengan jelas.
27. Skala
bukaan diafragma
Berfungsi
sebagai penunjuk kedudukan mukaan diafragma.
Tubus
bawah, meliputi :
1. Iluminator
Berfungsi
untuk menangkap dan meneruskan cahaya dari lamp socket.
2. Pengarah
illuminator
Berfungsi
untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk dalam iluminator.
3. Selubung
illuminator
Berfungsi
sebagai pelindung iluminator.
4. Brightness
control dial
Berfungsi
untuk mengatur jumlah cahay yang masuk ke mikroskop.
5. Lamp
socket
Berfungsi
sebagai sumber cahaya pada mikroskop.
6. Kabel
penghubung
Berfungsi
untuk mengalirkan arus listrik ke mikroskop.
7. Orientation
plate
Untuk
mengetahui keseimbangan mikroskop.
8. Kaki
mikroskop
Berfungsi
sebagai penyangga mikroskop secara keseluruhan.
9. Transformator
Berfungsi
sebagai mengatur energi listrik yang masuk ke mikroskop.
10. Transformer
Berfungsi sebagai sumber tegangan bagi tranformator
C. Cara Menggunakan Mikroskop Polarisasi
Pertama ambil mikroskop
dengan memegang lengan mikroskop dengan tangan kanan dan menyangga dari bawah
menggunakan tangan kiri. Kemudian letakkan mikroskop diatas meja dengan diberi lap kasar terlebih dahulu sebagai pengalas.
Kemudian alirkan listrik ke mikroskop melalui kabel peghubung lalu atur
mikroskop agar seimbang. Pengaturan yang paling penting dilakukan sebelum
mengamati adalah memusatkan perputaran meja objek/centering, pengaturan arah
getaran polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, dan pengaturan
arah getar analisator agar tegak lurusarah getar polarisator. Centering penting dilakukan agar pada saat
pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang kita amati
tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan).
BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan
untuk melihat objek berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang.
2.
Jenis-jenis mikroskop meliputi mikroskop
cahaya, mikroskop polarisasi, mikroskop elektron, mikroskop ultra violet,
mikroskop fluoresen dan mikroskop stereo.
3.
Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang
cara kerjanya membiaskan cahaya. Perbedaan mikroskop polarisasi dengan mikroskop
biasa yakni adanya beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop
ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici
bertrand.
4.
Mikroskop polarisasi Nikon memiliki 64
komponen yang memilki fungsi masing-masing.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat
diberikan adalah :
1.
Untuk
praktikan ,sebaiknya lebih berhati – hati dalam memegang mikroskop. Jangan sampai membuat mikroskop
menjadi rusak. Dan yang pastinya harus menghapal bagian dari mikroskop agar
dapat menggunakannya lebih baik lagi.
2.
Untuk
asisten sebaiknya lebih mampu untuk mengenal serta dapat mengetahui cara
menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.
No comments:
Post a Comment