Laman

Wednesday, October 15, 2014

Laporan Mikroskop



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Yang dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa, dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul. Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator dan lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Mikroskop terdiri dari dua kata yang diambil dari bahasa Yunani yakni micros yang artinya kecil dan scopein  yang artinya melihat. Jadi mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek, dimana sebelumnya sudah ada Robert Hook dan Marcello Malphigi yang mengadakan penelitian melalui lensa yang sederhana. Lalu Antony Van Leuwenhoek mengembangkan lensa sederhana itu menjadi lebih kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri dan berbagai makhluk kecil lainnya. Kemudian pada sekitar tahun 1600 Hanz dan Jansen telah menemukan mikroskop yang dikenal dengan mikroskop ganda yang lebih baik daripada mikroskop yang dibuat oleh Antony Van Leuwenhoek.
Dalam membentuk bayangan, mikroskop menggunakan dua macam lensa yang berbeda fungsinya. Lensa yang paling sering berhubungan dengan mikroskop adalah lensa okuler dan lensa obyektif. Lensa obyektif adalah lensa cembung sedangakan lensa okuler  terdiri dari lensa plankonveks yaitu lensa kolektif dan lensa mata. Dari dua macam lensa ini sudah dirancang khusus dengan perbesaran yang berbeda. Sistem lensa objektif memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tadi diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan maya yang kita lihat. Dalam praktikum mineragrafi ini, jenis mikroskop yang digunakan adalah mikroskop polarisasi Nikon. Mikroskop ini digunakan untuk mengamati mineral untuk melihat kenampakannya secara mikroskopik.
Dalam hal ini pengamatan yang akan dilakukan adalah pengamataan mineral bijih dan mineral tranparan menggunakan mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa yang hanya memperbesar benda yang akan diamati.
Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul.  Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi  obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek  tersebut selanjutnya  dikirim  melalui  lensa  obyektif  dan  lensa  okuler  ke mata (pengamat). Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya  terdapat  pada mikroskop  ini,  antara  lain  keping  analisator,  polarisator, kompensator,  dan  lensa amici  Bertrand. Selain itu memiliki meja objek dimana objek yang akan di amati apabila tidak berada di bawah lensa objektif dapat dipindahkaan menggunakan pengarah preparat yaitu pengarah sumbu absis (sumbu x) dan pengarah sumbu ordinat (sumbu y).
B.    Batasan Masalah
·         Bagaimana  mikroskop polarisasi Nikon dan bagian-bagiannya?
·         Bagaimana  cara penggunaan mikroskop polarisasi Nikon?
C.   Maksud dan Tujuan
a.   Maksud
 Adapun maksud diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui bagian-bagian dari mikroskop polarisasi serta bagaimana menggunakan mikroskop ini untuk mengamati mineral bijih dan transparan dengan benar.
b.   Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
·         Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian mikroskop polarisasi Nikon dan fungsinya.
·         Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan mikroskop polarisasi Nikon untuk mengamati mineral.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Definisi Mikroskop dan jenis-jenisnya
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek (1632-1723) yang berkebangsaan Belanda, dengan mikroskop yang masing-masing terdiri atas lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam kerangka kuningan dan perak. Kekuatan perbesaran tertinggi yang dapat dicapainya hanyalah 200-300 kali, mikroskop ini sedikit sekali persamaannya dengan mikroskop cahaya majemuk yang ada sekarang (Purba, 1999).
Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya dipasang pada roda berputar,yang disebut gagang putar (Volk, 1984).
Bila kita ingin perbesaran sudut yang lebih besar daripada pembesaran kaca pembesar, oleh karena itu keberadaan mikroskop sangat diperlukan. Benda O yang akan diteliti diletakkan pada titik fokus pertama F dari lensa objektif, yang membentuk bayangan nyata dan diperbesar yaitu I. Bayangan ini terletak tepat pada titik fokus pertama F1 dari okuler yang membentuk bayangan semu dari I pada I. Macam-macam mikroskop, yaitu :
a.    Mikroskop Cahaya, Merupakan mikroskop yang mempunyai bagian – bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik, berguna untuk mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa ialah mikroskop ultraviolet, karena cahaya ultraviolet tak dapat dilihat oleh mata manusia maka bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya. Mikroskop ini menggunakan lensa kuarsa.
b.    Mikroskop Pendar, Mikroskop ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau antigen dalam jaringan.
c.    Mikroskop Medan Gelap, Mikroskop ini digunakan untuk mengamati bakteri hidup, khususnya bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas daya pisah mikroskop majemuk.
d.    Mikroskop Fasekontras, Mikroskop ini digunakan untuk mengamati benda hidup dalam keadaan alaminya, tanpa menggunakan bahan pewarna. Pada bawah meja objeknya dan pada lensa objektifnya terpasang perlengkapan fase kontras.
e.    Mikroskop Elektron, Banyak komponen sel seperti mitokondria, ribosom dan retikulum endoplasma yang begitu kecil tidak bisa dilihat secara detail dengan mikroskop biasa. Mereka hanya bisa melihat dengan mikroskop elektron (Kamajaya, 1996).
f.     Mikroskop Elektron Pemayaran, Mikroskop ini menggunakan berkas elektron, tetapi yang seharusnya ditransmisikan secara serempak ke seluruh medan elektron difokuskan sebagai titik yang sangat kecil dan dapat digerakkan maju mundur pada spesimen (Winatasasmita, 1986).
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada yang berfungsi menjadi tempat persediaan makanan dan lain-lain (Yekti, 1994).
Ada tiga keistimewaan yang khas pada sel tumbuhan : dinding sel dengan selulosa, vakuola (yang memberi tekanan dan memperbesar volume serta luas permukaan meskipun dengan protoplasma sedikit), dan plastida, khususnya kloroplas. Vakuola dapat ditemui pada anggota kelima dunia, namun vakuola besar di pusat sel ada pada hampir semua sel tumbuhan, cendawan, dan beberapa protista. Kloroplas hanya terdapat pada tumbuhan dan beberapa protista (bergantung pada golongannya) (Suwasono, 1987).
Sel sendiri sebagai dasar menyusun suatu organisme yang terdiri dari inti (nukleus) yang terbungkus oleh membran atau struktur serupa tanpa membran. Tidak ada kehidupan dalam satuan yang lebih kecil dari pada sel. Sel terbentuk hanya dengan pembelahan sel-sel sebelumnya. Sel dicirikan oleh adanya molekul makro khusus, seperti pati dan selulosa, yang terjadi dari ratusan sampai ribuan gula atau molekul lain selain itu sel juga dapat dicirikan oleh adanya molekul makro seperti protein dan asam nukleat baik DNA atau RNA yang tersusun sebagai rantai yang terdiri dari ratusan sampai ribuan molekul. Pada tumbuhan istilah sel meliputi protoplasma dan dinding sel yang ada sedangkan pada organisme multi sel yang ada membentuk struktur kompleks yaitu jaringan dan organ. Sel pada organisme multi sel tidak sama satu dengan lainnya tetapi masing-masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Pada awalnya struktur dinding sel yang ada pada tumbuhan dianggap sebagai sel mati hasil ekskresi zat hidup dalam sel akan tetapi baru-baru ini makin banyak ditemui bukti bahwa ada satuan organik yang ada diantara protoplasma dan dinding, khususnya pada sel muda (Kamajaya, 1996).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastida, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel (Anshory, 1984).
Sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari hewan yaitu vakuola, plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dari sel tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk melindungi isi sel atau lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati. Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong. Bentuk sel gabus heksagonal, tersusun rapat antara satu dan lainnya (Pramesti, 2000).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastida, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel (Suwasono, 1987).
B.    Polarisasi
Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak menjadi satu arah getar; dari sumber lain mengatakan bahwa Polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang.
Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.
Description: Polarisasi Gelombang
Polarisasi Gelombang
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar.  Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut.
Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah sinar yang tak terpolarisasi. Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain karena peristiwa pemantulan, pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
1.   Polarisasi karena Pemantulan
Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan  analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.
Description: Polarisasi Gelombang Karena Pemantulan
Polarisasi Gelombang Karena Pemantulan
2.   Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian.  Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa :
i + r = 90o atau r = 90o – I Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa:
Description: Rumus Sudut Pandang
Rumus Sudut Pandang
3.   Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
Description: Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)


4.   Polarisasi karena Absorbsi
Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
Description: Polarisasi karena Absorbsi Selektif
Polarisasi karena Absorbsi Selektif
5.   Polarisasi karena Hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.
Description: Polarisasi karena Hamburan
Polarisasi karena Hamburan
6.   Pemutaran Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar.
Description: Pemutaran Bidang Polarisasi
Pemutaran Bidang Polarisasi
C.   Mineragrafi (mineral dan fotografi)
Mineragrafi merupakan salah cabang  ilmu  geologi yang mempelajari komposisi, derajat liberasi dan sifat optik lain mineral bijih dengan bantuan mikroskop polarisasi. Sedangkan petrografi merupakan adalah Ilmu yang mempelajari tentang komposisi batuan secara mikro.
Setelah kita mempelajari mineralogi, pastinya akan timbul pertanyaan-pertanyaan tentang mineral yang kita amati, maka mineragrafi akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ilmu mineragrafi akan lebih detail dibandingkan mineralogi. Kita dapat mengamati mineral dengan lebih jelas tanpa ada keragu-raguan.  
Ada 2 jenis mineral yang dapat kita amati pada mikroskop polarisasi, yakni mineral transparant dan mineral bijih. Mineral transparan diamati dengan menggunakan sayatan tipis 0,03 mm yang menggunakan sinar  refraksi (cahaya diteruskan). Sedangkan mineral bijih menggunakan sayatan poles yang menggunakan sinar refleksi (cahaya dipantulkan).
Hal penting yang dapat kita ketahui saat mempelajai mineragrafi yakni bagaimana kita dapat menemukan mineral-mineral ekonomis dengan memanfaatkan petunujk-petunjuk yang kita dapatkan saat mengamat. Petunjuk-petunjuk tersebut antara lain yakni mineral-mineral yang telah teralterasi. Contohnya adalah mineral Chlorite (Mg,Fe,Al)6 (Si, Al)4 O10 (OH)8 Ganesa Chlorite : Chlorite merupakan kelompok mineral yang umumnya berwarna hijau. Chlorite  termasuk kelompok mineral silika dalam kelas phyllosilicates. Chlorite merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama Pyroxene, Amphibole, dan Biotite. Pembentukkan mineral Chlorite diakibatkan oleh reaksi antara mineral Pyroxene dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk Chlorite, Feldspar, serta mineral logam berupa Magnetite dan Hematite. Dalam pembentukan Chlorite terjadi perubahan mineral metamorf dari mineral feromagnesium yang ada atau Chlorite hadir sebagai produk metasomatisme melalui penambahan Fe, Mg atau senyawa lain ke dalam massa batuan. Mineral ini terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas rendah pada zona prophilitik. Chlorite biasanya berasosiasi dengan Garnets, Biotite, Quartz, Magnetite, Talc, Serpentine, Danburite, Topaz dan Calcite.   

D.   Mikroskop Polarisasi
Mikroskop Polarisasi adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya matahari sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor.

Mineral Optik
Ilmu pengetahuan mineralogi menitik beratkan pada studi tentang pengamatan dan  pendeskripsian minera-mineral penyusun batuan yang merupakan litologi dari permukaan bumi.
Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Yang dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa, dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul.
Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu factor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus.
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap bagian adalah sangat  peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa butir debu yang betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.


Bagian – Bagian Mikroskop Polarisasi
·         Kaki Mikroskop
Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya pengganti cermin.
·         Substage Unit terdiri atas
Polarisator atau ” lower nicol ” Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid. Berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.
·         Diafragma Iris
Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda.
Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.
·         Kondensor
Terletak pada bagian paling atas dari “substage unit”. Kondensor berupa lensa cembung yang berfungsi untuk memberikan cahaya memusat yang  datang dari cermin di bawahnya. Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari jalan cahaya apabila tidak digunakan/difungsikan.
·         Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit
preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0° sampai 360°. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
·         Tubus Mikroskop
Bagian ini terletak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong. Terdiri atas beberapa bagian antara lain :
·         Lensa Objektif
Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.

·         Lubang Kompensator
Adalah suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat memasukkan kompensator, suatu bagian yang digunakan untuk menentukan warna interferensi. Kompensator berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan sehingga pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi pada mineral.
·         Analisator
Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang).
·         Lensa Amici Bertrand
Lensa ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.
·         Lensa Okuler
Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.



Dasar yang membedakan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni adanya beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand.

D.   Binokuler
Mikroskop binokuler adalah Alat yang  digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak, penyinaran diberikan dari atas ataupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop binokuler memiliki dua buah lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler, sehingga diperoleh bayangan tiga dimensi dengan pengamatan kedua belah mata. Kekuatan pembesarannya tidak terlalu kuat, umumnya objektif 1X dan 2X serta okuler 10X dan 15X.
Pengertian lain tentang mikroskop binokuler merupakan Suatu alat dengan lensa obyektif. Lensanya harus berdiameter besar karena diatasnya akan dipasangi system lensa lain yang terpisah dalam posisi parallel dan jalur sinar terpisah untuk mata kanan dan kiri. Mikroskop ini tidak memiliki kondensor, tapi memiliki kedalaman bidang pandang dan jarak kerja yang panjang.
Kekurangan utama dari tipe obyek mikroskop binokuler adalah bahwa aperture numerical dari system dibatasi oleh adanya jalur beam/cahaya ganda. Karenanya seseorang harus menggunakan mikroskop majemuk, yang memiliki obyektif dengan diameter yang lebih besar dan karenanya meningkatkan aperture numerical.
Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis transparan, penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Menurut tim pengajar (2010), mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa objektif dengan kekuatan pembesaran sebagai berikut :
1.      Objektif 4X dan okuler 10X, pembesarannya 40X.
2.      Objektif 10X dan okuler 10X, pembesarannya 100X.
3.      Objektif 40X dan okuler 10X, pembesarannya 400X.
4.      Objektif 100X dan okuler 10X, pembesarannya 1000X.
Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik adalah 100X yang disebut dengan objektif emersi, disebut demikian karena penggunaannya harus menggunakan minyak emersi dan cara memakainya dengan khusus pula

E.    Proses polarisasi
Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya terpolarisasi guna menganalisa struktur yang birefringent. Birefringence – suatu property spesimen yang transparan dengan 2 indeks refraktif yang berbeda pada orientasi yang berbeda untuk membedakan cahaya terpolarisasi ke dalam kedua komponen. Cahaya terpolarisasi, hanya berfluktuasi/bergerak di satu dataran karena polar hanya meneruskan cahaya pada dataran tersebut.
Jika 2 polar diletakkan di atas yang lainnya, arahkan sinar ke atas dan putar relative terhadap yang lain, akan ada 1 posisi dimana 2 dataran tertransmisi bertemu, yang akan tampak cerah. Pada 90° terhadap orientasi ini, semua cahaya akan berhenti (gelap).




















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Mikroskop Polarisasi
Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang cara kerjanya membiaskan cahaya, bukan memantulkan cahaya. Dasar yang membedakan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni adanya beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand. Jenis dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe mikroskop polarisasi yang biasa digunakan, yakni Nikon, Olympus dan Reetchet. Perbedaan tipe mikroskop tersebut hanya pada penempatan kedudukan bagian-bagiannya, tapi secara umum prinsip penggunaannya relatif sama.
B.   Bagian-bagian Mikroskop Polarisasi
Adapun bagian-bagian dari mikroskop Polarisasi beserta fungsinya yaitu :
Tubus atas bagian atas, meliputi :
1.    Lensa okuler
Berfungsi untuk melihat objek yang akan diamati.
2.    Eye piece
Berfungsi sebagai tempat meletakkan mata saat mengamati objek.
3.    Dioptring
Berfungsi untuk memperjelas bayangan benda pada saat pengamatan dan mengatur posisi lensa okuler.

4.    Pin hole
Berfungsi untuk mengatur gelap-terangnya lensa amici Bertrand.
5.    Lensa Amici Bertrand
Berfungsi untuk memperjelas gambar interferensi bagian dalam.
6.    Skala lensa amici Bertrand
Sebagai skala dalam memperjelas gambar interferensi bagian dalam.
7.    Pengunci tubus atas bagian atas
Berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian atas.
Tubus atas bagian tengah, meliputi :
1.    Analisator
Berfungsi untuk mendapatkan warna obsorbs maksimum pada saat pengamatan nikol silang.
2.    Pengunci skala analisator
Berfungsi untuk mengunci skala analisator.
3.    Skala analisator
Berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator secara detail.
4.    Skala nonius analisator
Berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator lebih detail.
5.    Kompensator
Berfungsi untuk menentuan WI maksimum, bias rangkap dan TRO.
6.    Keping gips (530 mm)
Berfungsi untuk menentukan tambahan dan pengurangan warna interferensi yang berharga 530 mm.

7.    Keping mika
Menentukan harga bias rangkap dan warna interferensi yang tinggi pada kristal yang mempunyai harga 50 mm.
8.    Baji kuarsa
Berfungsi untuk menentukan penambahan dan pengurangan warna interferensi yang mempunyai harga 0,009 mm.
9.    Pengunci tubus atas bagian tengah
Berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian tengah.
Tubus atas bagian bawah, meliputi :
1.    Filter
Berfungsi untuk menyaring debu pada mikroskop.
2.    Mikrofotometri
Untuk mengambil gambar sayatan tipis batuan.
3.    Tabung halogen
Berfungsi untuk digunakan pada saat pengamatan mineral bijih.
4.    Cincin tabung halogen
Berfungsi sebagai letakan lensa pada tabung halogen.
5.    Dusty cup
Berfungsi untuk membersihkan debu pada mikroskop.
Tubus tengah, meliputi :
1.    Lengan mikroskop
Berfungsi sebagai penyangga tubus atas dan tubus tengah serta sebagai pegangan saat mengangkat mikroskop.

2.    Pengarah halus
Untuk mengatur kedudukan meja objek secara halus.
3.    Pengarah kasar
Untuk mengatur kedudukan meja objek secara kasar.
4.    Revolver
Untuk mengatur kedudukan lensa objektif.
5.    Lensa objektif perbesaran 5 X
Berfungsi untuk memperbesar 5 kali kenampakan objek.
6.    Lensa objektif perbesaran 10 X
Berfungsi untuk memperbesar 10 kali kenampakan objek.
7.    Lensa objektif perbesaran 20 X
Berfungsi untuk memperbesar 20 kali kenampakan objek.
8.    Lensa objektif perbesaran 100 X
Berfungsi untuk memperbesar 100 kali kenampakan objek.
9.    Meja objek
Berfungsi sebagai tempat meletakkan objek saat pengamatan.
10. Lubang meja objek
Berfungsi untuk meneruskan cahaya dari kondensor ke meja objek.
11. Penjepit preparat
Berfungsi untuk menjepit preparat pada saat pengamatan.
12. Skala meja objek
Berfungsi sebagai penunjuk kedudukan meja objek .
13. Skala nonius meja objek
Berfungsi sebagai penunjuk kedudukan meja objek  secara detail.
14. Pengunci meja objek
Berfungsi untuk mengunci meja objek.
15. Pengarah sumbu absis
Berfungsi untuk mengarahkan kedudukan sumbu-x.
16. Pengarah sumbu ordinat
Berfungsi untuk mengarahkan kedudukan sumbu-y.
17. Skala absis
Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-x.
18. Skala ordinat
Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-y.
19. Skala nonius absis
Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-x secara detail.
20. Skala nonius ordinat
Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-y secara detail.
21. Substage unit
Berfungsi untuk meneruskan cahaya dari lamp socket ke meja objek.
22. Pengunci substage unit
Berfungsi untuk mengunci substage unit.
23. Pengarah horizontal substage unit
Berfungsi sebagai pengarah substage secara horizontal.
24. Pengarah vertikal substage unit
Berfungsi untuk mengarahkan substage secara vertikal.


25. Diafragma
Berfungsi untuk mengatur banyak-sedikitnya cahaya yang masuk pada kondensor.
26. Kondensor
Berfungsi menampilkan sinar agar preparat dapat terlihat dengan jelas.
27. Skala bukaan diafragma
Berfungsi sebagai penunjuk kedudukan mukaan diafragma.
Tubus bawah, meliputi :
1.    Iluminator
Berfungsi untuk menangkap dan meneruskan cahaya dari lamp socket.
2.    Pengarah illuminator
Berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk dalam iluminator.
3.    Selubung illuminator
Berfungsi sebagai pelindung iluminator.
4.    Brightness control dial
Berfungsi untuk mengatur jumlah cahay yang masuk ke mikroskop.
5.    Lamp socket
Berfungsi sebagai sumber cahaya pada mikroskop.
6.    Kabel penghubung
Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik ke mikroskop.
7.    Orientation plate
Untuk mengetahui keseimbangan mikroskop.

8.    Kaki mikroskop
Berfungsi sebagai penyangga mikroskop secara keseluruhan.
9.    Transformator
Berfungsi sebagai mengatur energi listrik yang masuk ke mikroskop.
10. Transformer
Berfungsi sebagai sumber tegangan bagi tranformator

C.   Cara Menggunakan Mikroskop Polarisasi
Pertama ambil mikroskop dengan memegang lengan mikroskop dengan tangan kanan dan menyangga dari bawah menggunakan tangan kiri. Kemudian letakkan mikroskop diatas meja dengan diberi lap kasar terlebih dahulu sebagai pengalas. Kemudian alirkan listrik ke mikroskop melalui kabel peghubung lalu atur mikroskop agar seimbang. Pengaturan yang paling penting dilakukan sebelum mengamati adalah memusatkan perputaran meja objek/centering, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, dan pengaturan arah getar analisator agar tegak lurusarah getar polarisator. Centering penting dilakukan agar pada saat pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang kita amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan).




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
2.    Jenis-jenis mikroskop meliputi mikroskop cahaya, mikroskop polarisasi, mikroskop elektron, mikroskop ultra violet, mikroskop fluoresen dan mikroskop stereo.
3.    Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang cara kerjanya membiaskan cahaya. Perbedaan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni adanya beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand.
4.    Mikroskop polarisasi Nikon memiliki 64 komponen yang memilki fungsi masing-masing.
B.   Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1.    Untuk praktikan ,sebaiknya lebih berhati – hati dalam memegang mikroskop. Jangan sampai membuat mikroskop menjadi rusak. Dan yang pastinya harus menghapal bagian dari mikroskop agar dapat menggunakannya lebih baik lagi.
2.    Untuk asisten sebaiknya lebih mampu untuk mengenal serta dapat mengetahui cara menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.

No comments:

Post a Comment