Pelajaran dari film "Perempuan Berkalung Sorban"
Namun setelah saya “baru bisa” atau baru sempat lebih tepatnya, menonton film ini beberapa saat yang lalu, akhirnya saya memahami mengapa film disebut-sebut sebagai film yang kontroversial. karena menurut saya sendiri memang film ini memberikan gambaran yang salah mengenai Islam sebenarnya, namun saya pikir juga mungkin benar-benar ada kondisi seperti itu. Hal ini berarti bukan Islamnya yang salah, namun orang-orang yang mengaku telah memeluk Islam-lah yang telah salah menjalani hidupnya (yang katanya Islami) yang telah salah dalam memahami Islam.
setelah berjalan-jalan melalui om google dengan keywords “perempuan berkalung sorban”, dan sampai ke blog ini dan blog itu . saya mendapati sebuah komentar yang mengatakan bahwa film ini didanai oleh sebuah LSM barat, yang mungkin menginginkan efek negatif terhadap kaum muslim Indonesia setelah menonton film ini. Namun saya kok berbeda yah berpikirnya, saya berpikir bahwa kok mau-maunya yah LSM barat itu bikin film beginian, karena bila film itu menggambarkan Islam yang salah maka akan menjadi boomerang bagi LSM tersebut (bukan efek negatif yang terjadi di masyarakat muslim Indonesia, tapi sebaliknya yaitu efek positif). Positif?? gak salah tuh??…
tentu tidak salah, karena Indonesia bukanlah bangsa yang bodoh, begitupun Indonesia dalam memeluk Islam.. bila film ini menggambarkan bukan Islam yang sesungguhnya, malahan akan membuat Muslim Indonesia (a.k.a kita yang muslim) untuk senantiasa berkaca dan merenung, apakah kita termasuk pemeluk Islam yang digambarkan di film itu,.. berikut akan coba saya jabarkan perilaku yang tidak seharusnya dilakukan Muslim, tapi ada di film tersebut:
- Kiyain Hanan, yang selalu bersikap kasar, dan hanya memikirkan bagaimana memperbesar pesantrennya secara materiil dan fisik, hingga rela menjodohpaksakan anak perempuannya (diperankan oleh Revalina), kepada anak Kiyai pesantren lain, yang ternyata bobrok kelakuannya.
- Pendapat bahwa Wanita hanya untuk urusan dapur, kasur, dan sumur, sehingga tidak pantas untuk menuntut Ilmu jauh-jauh dari rumah, padahal Islam jelas-jelas senantiasa memerintahkan umatnya (baik muslim maupun muslimah) untuk senantiasa menimba Ilmu, diutamakan ilmu agama juga ilmu dunia yang nantinya dipergunakan untuk kebaikan dan membangun Umat, bukan untuk keburukan. dan kalau boleh berpendapat, bagaimana mungkin akan terlahir laki-laki muslim yang cerdas bila tidak dari rahim-rahim muslimah yang cerdas pula, karena penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kecerdasan anak lebih dominan didapat dari kecerdasa sang Ibu, bukan kecerdasan ayah.
- Perlakuan kasar suami atas istri, lebih-lebih dalam berhubungan intim, tapi Alhamdulillah di film ini telah diluruskan ketika Anisa telah menjadi istri Khudori, karena film ini telah menggambarkan dengan tepat bagaimana seharusnya suami (khudori) memperlakukan istrinya (Anisa) secara syariat Islam.
- Mengenai larangan membaca buku seputar dunia luar, tapi dalam hal ini menurut saya tidak sepenuhnya salah.. hanya saja film ini tidak dengan benar memberikan solusi ataupun penjelasan yang benar, dan terlalu berlebihan dengan adegan membakar bukunya.. .Padahal Islam adalah agama yang senantiasa sesuai dengan jaman tanpa harus mengubah isi dan prinsip ajarannya, Islam malah menantang muslim untuk bisa pergi ke langit ke tujuh dengan Ilmu, dan dalam hal ini ilmu dunia-lah yang ditantang oleh Allah, dan Islam tidak pernah melarang Muslim untuk mencari ilmu Dunia, kecuali bila digunakan untuk hal-hal buruk dan menjadikan muslim tersebut jauh dari Islam dan dengan catatan ilmu Islam pun tidak luput dari seorang muslim itu.
- Perilaku Anisa yang hampir saja membuat Khudori terjebak dalam perzinahan, karena seberat apapun masalah istri dengan suaminya, sang istri harus bisa menjaga kehormatannya. untung Khudori di film ini digambarkan benar2 seorang muslim sejati yang tidak tunduk kepada hawa nafsunya
- masih cukup banyak perilaku-perilaku yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang muslim di film ini, namun tetap ditampilkan. nah kita sebagai penonton juga seharusnya jangan terjebak pada prinsip “itu yang gue tonton, ya itu yang akan gue tiru” karena seharusnya kita bisa membedakan antara perilaku yang salah dengan perilaku yang baik, dan selanjutnya biarkan keimanan dan ilmu yang sudah kita miliki utnuk memutuskan perilaku mana yang akan kita ikuti dan perilaku mana yang tidak akan kita lakukan sekalipun selama kita menghiruo nafas di dunia ini.
No comments:
Post a Comment