“Pengembangan Teori
Orientasi Faktor Penguat”
A. Latar Belakang Sejarah
Salah satu aliran yang
besar pengaruhnya dalam psikologi adalah aliran Behaviorisme.Aliran ini
didirikan pada tahun 1913 di Amerika Serikat oleh J.B. Watson
(1878-1958).Watson berpendapat bahwa agar psikologi dapat tetap ilmiah ,maka ia
harus objektif dan agar ia tetap objektif ia hanya dapat mempelajari tingkah
tingkah laku yang tampak mata (overt).Konsep-konsep yang subjektif seperti
perasaan,emosi,penghayatan,kehendak,dan sebagainya harus dihindarkan.
Sebagai konsekuensi
dari pandangannya,Watson memusatkan dirinya untuk mempelajari hubungan rangsang
dan tingkah laku balasannya.Ia mendapatkan bahwa setiap tingkah laku pada
hakikatnya merupakan tanggapan atau balasan (response) terhadap rangsang
(stimulus),karena itu rangsang sangat mempengaruhi tingkah laku.Bahkan ia
sampai pada kesimpulan bahwa setiap tingkah laku ditentukan atau diatur oleh
rangsang.Teori yang mementingkan hubungan rangsang dan tingkah laku balasan ini
disebut teori rangsang balas (stimulus-response theory).
Peranan J.B. Watson
dalam perkembangan teori rangsang-balas adalah mengukuhkannya ke dalam suatu
aliran yang diberinya nama aliran Behaviorisme.Pengukuhan itu dilakukannya
dengan mengemukakan suatu kertas kerja berjudul Psychology as the
behaviorist views it (Watson, 1913).Dalam aliran inilah teori
rangsang-balas ini berkembang dengan pesat.
B. Teori Rangsang-Balas
Untuk Menerangkan Sikap
Teori rangsang-balas
yang sering juga disebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk
menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial seperti sikap (attitude).Maksud
sikap disini adalah kecendurungan atau ketersediaan seseorang untuk bertingkah
laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu.Salah satu teori yang
menerenagkan tentang terbentuknya sikap ini dikemukakan oleh Daryl Beum (1964)
yang merupakan pengikut Skinner (berpandangan Operant).Beum mengemukakan empat
asumsi dasar yaitu :
1. Setiap tingkah
laku,baik yang verbal maupun sosial,merupakan suatu hal yang bebas dan berdiri
sendiri,bukan merupakan refleksi sikap,sistem
kepercayaan,dorongan,kehendak,ataupun keadaan-keadaan tersembunyi lainnya dalam
diri individu.
2. Rangsang atau tingkah
laku-balas adalah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah
laku.Konsep ini hanya dapat didefinisikan dan diukur secara fisik dan
nyata(tampak mata).
3. Prinsip-prinsip
hubungan rangsang-balas sebetulnya hanya sedikit.Prinsip ini sangat tampak
bervariasi karena bervariasinya lingkungan di mana hubungan rangsang-balas itu
berlaku.
4. Dalam analisis tentang
tingkah laku perlu dihindari di ikutsertakannya keadaan-keadaan internal yang
terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul,baik yang bersifat
fisiologik(kelelahan.kelaparan,dll) maupun yang bersifat konseptual
(dorongan,kehendak,dll).
Berdasarkan
asumsi-asumsi dasar diatas maka Beum mengemukakan teori tentang Hubungan
Fungsional dalam interaksi sosial.Dalam teori tersebut,Beum menyatakan bahwa
dalam interaksi sosial terjadi dua macam hubungan fungsional,pertama adalah
hubungan fungsional di mana terdapat kontrol penguat,yaitu jika tingkah
laku-balas ternyata menimbulkan penguat yang bersifat ganjaran.Dalam hal ini
ada-tidaknya atau banyak-sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah
laku-balas.Hubungan fungsional yang kedua terjadi jika tingkah laku-balas hanya
mendapat ganjaran pada keadaan-keadaan tertentu.Hubungan fungsional yang
seperti ini disebut hubungan fungsional di mana terdapat kontrol diskriminatif
dan tingkah laku-balas yang terjadi hanya jika ada rangsang diskriminatif
disebut tact.
C. Teori-teori Belajar
Sosial dan Tiruan
1) Teori
Belajar Sosial dan Tiruan dari Miller & Dollard
Pandangan dasar mereka
adalah tingkah laku manusia adalah dipelajari.Karena itu,untuk memahami tingkah
laku sosial dan proses belajar sosial,kita harus mengetahui prinsip-prinsip
psikologi belajar.Menurut mereka ada empat prinsip dalam belajar,yaitu dorongan
(drive) , isyarat (cue) , tingkah laku-balas (response) ,dan ganjaran
(reward).Keempat prinsip ini sangat kait mengait dan dapat saling
dipertukarkan, yaitu dorongan menjadi isyarat,isyarat menjadi ganjaran, dan
seterusnya.
Mengenai tingkah laku
balas,Miller & Dollard berpendapat bahwa organisme mempunyai hierarki
bawaan dari tingkah laku-tingkah laku (innate hierarchy of responses).Pada
waktu organisme dihadapkan untuk pertama kalinya pada suatu rangsang
tertentu,maka tingkah laku-balas yang timbul didasarkan pada hierarki bawaan
tersebut.Baru setelah berapa kali terjadi ganjaran dan hukuman,maka akan timbul
tingkah laku-balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut.
Selanjutnya , Miller
dan Dollard menyatakan bahwa ada tiga mekanisme tiruan,yaitu :
a) Tingkah laku sama
(same behavior)
b) Tingkah laku
tergantung (matched dependent behavior)
c) Tingkah laku salinan
(copying)
2) Teori Proses Pengganti
Teori yang dikemukakan
oleh Bandura dan Walters ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan merupakan
suatu bentuk asosiasi suatu rangsang dengan rangsang lainnya.
Penguat(reinforcement) memang memperkuat tingkah laku-balas,tetapi bukan syarat
yang penting dalam proses belajar sosial.Disini yang penting adalah pengaruh
tingkah laku model pada tingkah laku peniru yang menurut Bandura dan Walters
ada tiga macam yaitu :
a) Efek modeling
(modelling effect)
b) Efek menghambat
(inhibition)
c) Efek kemudahan
(fascilitation effect)
Akhirnya dikemukakan
oleh Bandura dan Walters bahwa teori proses pengganti ini dapat pula
menerangkan gejala timbulnya emosi pada peniru yang sama dengan emosi yang ada
pada model.
D. Teori-teori Jual Beli
Dengan Penguat Sosial
1. Teori Tingkah Laku
Sosial Dasar (elementary social behavior) dari G.C. Homans (1961)
Homans menerangkan
hubungan antara dua orang dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi
(jual-beli).Ia berpendapat bahwa proses psikologik yang terjadi pada dua orang
yang saling berinteraksi pada hakikatnya sama dengan proses jual beli di mana
kedua belah pihak saling memberi harga dan mencari keuntungan(profit).Hubungan
yang dapat bertahan lama adalah hubungan di mana kedua belah pihak dapat
memperoleh keuntungan.Untuk iu Homans membatasi diri pada hubungan dua orang
yang mempunyai ciri-ciri :
a. Bersifat sosial:ada
aksi-reaksi antara dua orang.
b. Untuk setiap aksi
(tingkah laku)harus ada ganjaran atau hukuman dari pihak kedua (bukan dari
pihak ketiga).
c. Tingkah laku harus
nyata,bukan berupa norma-norma atau harapan-harapan masyarakat.
Lima proposisi baru
pada hubungan antara manusia(yang berdasarkan teori jual-beli) menurut Homans :
Proposisi 1: Kontrol rangsang dan generalisasinya ; Proposisi 2:Frekuensi
penguat ; Proposisi 3: Besaran penguat ; Proposisi 4: Hambatan reaktif(reactive
inhibition) dan kejenuhan (satiation) ; Proposisi 5: Keadilan yang merata
(distributive justice).
2. Teori Hasil Interaksi
(Interaction outcome theory) dari Thibaut & Kelley (1959)
Teori ini menerangkan
hubungan dua orang (atau lebih) di mana mereka saling tergantung untuk mencapai
hasil-hasil positif.Premis dasar yang dipakai adalah : interaksi sosial hanya
akan diulangi kalau peserta-peserta dalam interaksi itu mendapat ganjaran
sebagai hasil dari kesertaannya.Hasil yang dimaksudkan di sini bisa bersifat
materiil (objek) atau psikologik(status,kekuasaan,kasih sayang,dan
lain-lain).Interaksi sosial yang salin tergantung jadinya bertujuan untuk
memaksimalkan hasil yang positif bagi tiap-tiap peserta interaksi.Fungsi
memaksimalkan hasil yang positif berlaku juga untuk seluruh kelompok sehingga
individu-individu sebagai kelompok dapat tetap bersatu.
3. Teori Fungsional dari
Interaksi Otoriter (Functional Theory of Authority Interaction) dari Adams
& Romney (1959)
Dalam teori ini Adams
dan Romney menggunakan prinsip-prinsip kelaziman operan untuk menganalisis
interaksi otoritas,yaitu interaksi di mana salah satu pihak mempunyai kontrol
terhadap tingkah laku pihak lain.Mereka menyatakan bahwa interaksi otoritas
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Hubungan otoritas
adalah asimetris,salah satu pihak mempunyai kekuatan (power) yang lebih besar.
2) Hubungan otoritas
adalah stabil,dalam arti bahwa pihak atasan maupun bawahan akan menduduki
posisinya (dalam interaksi itu) untuk waktu yang cukup lama.
3) Meskipun dalam
masyarakat ada tata-cara yang mengatur hubungan otoritas,namun hubungan otoritas
itu sendiri terjadi terlepas dari ada atau tidak adanya tata cara masyarakat
tersebut.Faktor yang lebih besar artinya dalam hal ini adalah faktor penguat
yang ditimbulkan oleh pihak pertama terhadap pihak kedua dan sebaliknya.
v Sumber Referensi :
Sarwono , Sarlito . 2002 .Teori-Teori
Psikologi Sosial . Jakarta : Rajawali Pers
No comments:
Post a Comment