Mengenal Teori Rotter dan Mischel
Teori
kognitif sosial dari Julian Rotter dan Walter Mischel, masing-masing
berlandaskan asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana
manusia akan bereaksi terhadap dorongan daril ingkungannya.
Rotter
bearargumen bahwa perilaku manusia paling dapat diprediksikan melalui
pemahaman dari interaksi antara manusia dengan lingkungan yang berarti
untuk mereka.
Rotter
yakin bahwa tidak ada satu pun individu ataupun lingkungan itu sendiri
yang sepenuhnya bertanggungjawab atas perilaku. Malah, ia berargumen
bahwa kognisi manusia, sejarah masalalu, dan ekspektasi dari masa depan
adalah kunci utama untuk meprediksikan perilaku.
Teori
kognitif sosial Mischel mempunyai banyak kesamaan dengan teori kognitif
sosial Bandura dan teori belajar Rotter. Mischel yakin bahwa faktor
kognitif, seperti ekspektasi, persepasi subjektif, tujuan dan standard
personal mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian.
Teori
belajar social Rotter berlandaskan lima hipotesis dasar. Pertama, teori
belajar sosial berasumsi bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan
yang berarti untuknya. Asumsi kedua adalah bahwa kepribadian manusia
bersifat dipelajari. Asumsi ketiga adalah kepribadian mempunyai kesatuan
yang mendasar yang berarti kepribadian manusia memiliki stabilitas yang
relatif. Hipotesis keempat adalah motivasi yang terarah berdasarkan
tujuan. Dan asumsi yang kelima adalah bahwa manusia mampu untuk
mengantisipasi kejadian. Memulai dengan lima asumsi umum ini, Rotter
kemudian membangun teorikepribadian yang berusaha memprediksikan
perilaku manusia.
Rotter
dan Mischel keduanya sama-sama melihat manusia sebagai makhluk hidup
kognitif yang persepsinya terhadap suatu kejadian lebih penting daripada
kejadiannya. Manusia mampu mengintrepetasikan suatu kejadian dengan
beberapa cara. Kognisi membuat orang-orang yang berbeda untuk mampu
melihat situasi yang sama dengan cara yang berbeda, dan untuk
menempatkan nilai yang berbeda pada penguatan yang mengikuti perilaku
mereka.
Rotter
dan Mischel juga melihat manusia sebagai makhluk hidup yang terarah
pada tujuan-tujuan yang tidak hanya sekedar bereaksi terhadap
lingkungannya, namun berinteraksi dengan lingkungan yang bermakna secara
psikologis. Manusia menempatkan nilai positif terhadap kejadian yang
mereka persepsikan menggerakkan mereka lebih dekat dengan tujuan mereka,
dan mereka menempatkan nilai negatif pada kejadian yang menghambat
mereka mencapai tujuan.
Teori
belajar kognitif sosial berpandangan bahwa manusia bergerak kearah
tujuan yang telah mereka tegakkan untuk mereka sendiri. Akan tetapi,
tujuan ini berubah saat ekpektasi atas pengutanan dan preferensi mereka
atas satu penguatan dibanding yang lain juga berubah. Oleh karena
manusia terus menerus berada pada proses menetapkan tujuan.
Manusia
memiliki sejarah individual dan pengalaman yang unik, yang memberikan
mereka jalan untuk menentukan tujuan-tujuan personalnya, tetapi juga
memiliki kesamaan yang cukup di antara manusia untuk memberikan jalan
pada konstruksi rumusan matematis yang apabila tersedia informasi yang
cukup akan menunjukkan perilaku yang reliable dan akurat.
No comments:
Post a Comment